Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peka adalah mudah merasa; mudah
terangsang; mudah bergerak; tidak lalai; mudah menerima atau meneruskan
pengaruh. Dalam arti lain, peka yaitu suatu kesanggupan bereaksi dalam suatu
keadaan yang dimana seseorang atau sekolompok orang akan peduli terhadap
sesuatu yang membuatnya tersentuh. Sedangkan sosial menurut para ahli ialah
sesuatu yang dicapai, dihasilkan, dan ditetapkan dalam interaksi, yang bisa
dibangun dan terjadi dalam satu komunitas.
Berbicara
tentang komunitas, banyak sekali kita temui sekarang ini komunitas-komunitas
sosial yang menjalankan tugasnya dengan berbagai kegiatan. Contohnya saja bisa
kita lihat di media sosial instagram maupun facebook. Tak jarang kita temui di
sosial media tersebut banyak mengunggah foto kegiatan sosialnya. Contohnya
komunitas Ketimbang Ngemis, dalam halaman akun resmi facebook ataupun instagram
ketimbang ngemis tersebut, banyak orang-orang yang peduli dan tersentuh hatinya
saat melihat suatu foto yang berisikan seorang kakek, nenek, ataupun anak kecil
yang masih menempuh sekolah dasar semangat berdagang dibawah teriknya sinar
matahari bahkan dinginnya udara malam. Mereka dengan senyuman dan semangat
pantang menyerah tetap berusaha mencari penghasilan dengan cara yang halal,
tanpa meminta-minta.
Perlu
kita sadari, bahwa sekarang ini banyak anak muda yang sangat tidak peka
terhadap seseorang seperti gambaran diatas. Ada banyak faktor yang membuat anak
muda sekarang kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan disekitarnya. Salah
satunya yaitu berkaitan dengan dunia digital. Dunia digital memang membuat
manusia lupa untuk berinteraksi dengan sesama makhluk sekitar. Faktor lainnya
adalah karena memang tidak diajarkan dari awal bagaimana bisa menjadi peka
terhadap sesama dilingkungan sekitar.
Tidak
semua yang berbau digital bisa membuat manusia lupa akan lingkungan sekitar
manusia. Melalui dunia digital seperti menggunakan sosial media, manusia
sekarang juga bisa melakukan hal-hal yang menunjukkan kepekaan terhadap apa
yang dilihat maupun dirasakannya. Dengan sosial media, manusia juga bisa lebih
peduli dan bisa berinteraksi dengan orang yang jauh. Artinya, sosial media juga
memberikan dampak positif, tapi tergantung dengan penggunanya. Jika penggunanya
menggunakan untuk hal-hal yang negatif, maka media sosial juga berdampak
negatif.
Pengguna
sosial media yang baik tentunya melakukan hal-hal yang bersifat positif juga.
Misalnya saja seperti membangun komunitas tadi.Media sosial juga memberikan
dampak positif bagi komunitas. Karena dengan adanya media sosial, komunitas
tersebut jadi bisa lebih banyak dikenal. Semakin banyak yang mengenal komunitas
dengan media sosial tentu semakin banyak pula yang tahu keberadaan suatu
komunitas tersebut. Komunitas ketimbang ngemis awalnya dikenalkan melalui
sosial media juga. Mereka menunjukkan rasa simpati dan empati yang sangat
mendalam terhadap seorang sosok, maka mereka mengunggah foto sosok tersebut
dengan harapan yang besar tentunya. Salah satu harapan mereka ialah banyak
pengguna yang melihat dan merasa tersentuh terhadap foto itu. Para pengguna
yang merasa tersentuh itu pun diharapkan mau memmbeli dagangan, atau pun
medoakan sosok dalam foto tersebut.
Adanya
komunitas sosial ini, tentunya berguna bagi kita untuk melihat dan mengetahui
keadaan lingkungan sekitar kita. Adanya komunitas ini selain berfungsin untuk memberikan informasi yang
lebih cepat, juga telah dipercaya beberapa pihak untuk menyalurkan
donasi-donasi. Selain mendapat donasi dari para donatur, komunitas ketimbang
ngemis juga mengadakan kegiatan “Garage Sale” yang merupakan suatu kegiatan
yang menjual pakaian dan barang bekas yang masih layak pakai dan semua
keuntungannya disumbangkan kepada yang membutuhkan. Pakaian yang layak dijual
kembali lagi tentunya juga didapat dari para pengguna sosial media yang
mengikuti akun resmi komunitas itu. Jadi, komunitas tersebut bisa diibaratkan mereka
juga mencari modal sendiri tanpa meminta-minta dipinggir jalan, karena menurut
mereka kalau meminta sumbangan dipinggir jalan itu termasuk salah satu kegiatan
mengemis, maka dari itu mereka sangat menghindarinya.
Komunitas
seperti itu, sangat baik untuk menyadarkan masyarakat bahwa kita memang harus
peka terhadap sesama dan pastinya peka terhadap apa yang berada disekitar kita.
Kepekaan sendiri bisa didapat dari mengikuti akun-akun sosial media tersebut,
atau lebih baik lagi bergabung dengan komunitas itu dan terjun langsung untuk
melihat situasi dan kondisi bagaimana kehidupan seseorang yang bisa dibilang
memprihatinkan. Walaupun juga kita tidak bisa membantu dengan donasi berupa
uang, kita cukup bisa membantu dengan memberikan pakaian yang tidak terpakai
dan masih layak pakai untuk diberikan pada komunitas itu. Ingatlah, bahwa
bersedekah tidak selalu dengan uang.
(zakir)