Khilaf

Khilaf

Senin, 01 Mei 2017

Menanti Wajah Baru Orang Nomor Satu Kampus Oranye




              Setelah menjalani penundaan pada bulan Maret dan April, pemilihan dekan FISIP pun akhirnya kembali dilaksanakan. Hal ini ditandai dengan ditetapkannya jadwal pemilihan pada Rabu pekan ini (3/5). Nantinya tiga calon dekan akan bersaing merebut suara rektor dan 13 anggota senat fakultas untuk menduduki bangku dekanat FISIP selama 4-5 tahun mendatang, yaitu Asmui, Guru Besar Ilmu Administrasi Publik; Mukhtar Sarman, Doktor Bidang Ilmu Administrasi Publik; dan Budy Setiady, Doktor dan Pakar Sosiologi Ilmu Pemerintahan.

          Sayangnya, euphoria pemilihan dekan FISIP Unlam ini tidak 100% dirasakan oleh mahasiswa FISIP. Hal ini disebabkan tidak semua mahasiswa FISIP mengetahui adanya pemilihan dekan baru dan penyelenggaraannya. Hasil yang miris pun diperoleh dari survey sederhana dan acak 134 responden yang semuanya adalah mahasiswa FISIP. 1 dari 4 responden menyatakan tidak mengetahui sama sekali akan adanya pemilihan ini. Ditambah dengan  hasil survey lainnya yang menyatakan  3 dari 4 responden tidak mengetahui siapa saja yang maju menjadi calon dekan FISIP yang baru. Hasil survey tersebut cukup mengejutkan mengingat mahasiswa juga tercantum sebagai bagian dari civitas akademika. Fenomena ini sangat miris mengingat banyak sekali mahasiswa yang notabenenya adalah mahasiswa ilmu sosial dan ilmu politik, mereka sama sekali tidak mengetahui situasi politik yang terjadi di fakultasnya maupun kronologis dan profil calon dekan mereka sendiri.

              Padahal banyak lobi-lobi politik yang terjadi sekitar dewan senat fakultas terkait pemilihan calon dekan mendatang. Riuh desas-desus pun mungkin hanya dirasakan oleh para dosen dan sebagian mahasiswa yang sekedar mengetahui. Bahkan, pemilihan sempat ditunda dua kali dikarenakan permintaan penundaan dari rektor. Entah karena kesibukannya sebagai rektor maupun kesibukan personalnya, yang akhirnya diselenggarakan pemilihan awal untuk penjaringan dan penyaringan calon dengan hasil 3 orang yang terpilih sebagai kandidat calon dekan baru.

Pemilihan Dekan : Banyak yang Tahu tapi Banyak yang Tak Mengetahui

Menurut hasil survey yang diadakan Tim INTR-O (28/4) pada 134 responden yang semuanya masih berstatus sebagai mahasiswa aktif FISIP Unlam, ditemukan bahwa 22,9% menyatakan tidak mengetahui sama sekali akan adanya pemilihan tersebut dan 74,6% tidak mengetahui siapa calon dekan FISIP yang baru.  Fenomena ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Muhammad Riyadh Al Khair, aktivis sekaligus ketua DPM FISIP Unlam periode 2017-2018. Ia mengungkapkan bahwa pemilihan dekan baru kali ini seharusnya menjadi sebuah momentum baru bagi para mahasiswa untuk ikut dalam gempita politik serta mengawal hasil voting pemilihan kedepannya, disamping mahasiswa tidak diperkenankan turut andil dalam pemilihan tersebut. Sangat disayangkan apabila momentum pemilihan dekan ini tidak diketahui oleh mahasiswa, secara kan mahasiswa juga civitas akademika dan kita sekarang berada di era keterbukaan, jelas Riyadh

              Apa yang diungkapkan Riyadh dan hasil survey oleh Tim INTR-O pun mengundang sebuah tanda tanya besar. Apakah memang pemilihan dekan ini terkesan sangat ditutup-tutupi ataukah memang mahasiswa FISIP sendiri yang memiliki tingkat apatis yang tinggi? Saladin Ghalib, dekan FISIP saat ini pun buka suara. tidak ditutupi kok, mahasiswa saja yang malas ke kampus, pungkasnya saat diwawancarai di tengah kesibukannya di kantor dekan.

              Ungkapan kontras diperoleh dari wawancara beberapa Ketua Program Studi (KPS) di FISIP Unlam. KPS dalam statuta universitas dinyatakan sebagai anggota senat yang juga memiliki hak suara dalam pemilihan tersebut. Salah satunya yaitu Nur Iman, selaku KPS Administrasi Publik, ia mengatakan bahwa tertutupnya pemilihan dekan fakultas memang karena aturan yang berlaku di kampus dan statuta universitas yang valid. memang desain atau tata cara pemilihanya juga sudah diatur seperti itu, dari univeristas atau peraturan rektor, kata Nur Iman.

              Hal tersebut juga seirama diungkapkan oleh Sri Astuty, KPS Ilmu Komunikasi. Ia mengatakan bahwa pemilihan dekan memang tertutup karena memang sudah diatur dalam statuta universitas. Ia menambahkan bahwa anggota senat berfungsi sebagai perwakilan suara dari civitas akademika dalam mengatur dan memutuskan suatu regulasi yang ada di fakultasnya, termasuk pemilihan calon dekan baru. Ya kan memang tertutup karena sudah ada di statuta universitas, jadi senat sebagai perwakilan fakultas akan memilih dekan yang baru nanti, tambahnya.

Penundaan Dua Kali, Rektor : Karena Memang Saya yang Minta

              Entah memang mahasiswa FISIP yang apatis atau memang pemilihan dekan yang sengaja tidak terbuka informasinya, menjadikan banyak sekali hal-hal unik dan menarik yang terjadi pada pemilihan dekan tahun ini. Pertama, yaitu terjadinya penundaan sebanyak 2 kali  (Maret dan April) karena ketidakhadiran Sutarto Hadi selaku rektor dalam pemilihan dekan yang pertama. Semua senat yang berhasil tim INTR-O wawancarai menyatakan penundaan ini diakibatkan oleh kesibukan rektor. Pernyataan ini pun diperkuat oleh Saladin Ghalib di sela wawancara. ditunda kemaren itu ya karena rektor sibuk, jawab Saladin.

              Jawaban yang sama juga diperoleh dari Mariyono, KPS Administrasi Bisnis yang menjabat sebagai sekretaris panitia pelaksana pemilihan dekan FISIP yang baru. Ia mengungkapkan bahwa penundaan rapat senat untuk pemilihan dekan ditunda hingga dua kali sampai pada Rabu (3/5) mendatang dan itu masih ada kemungkinan penundaan lagi oleh rektor. Memang karena Pak Rektor ada kesibukan makanya jadi diundur hingga 2 kali, dan itu Pak Rektor yang minta penundaan tersebut sampai Rabu depan, tambah Maryono.

Ditemui dalam wawancara singkat  bersama Sutarto Hadi di sela-sela kunjungannya ke FKIP, ia membenarkan bahwa penundaan tersebut diakibatkan padatnya jadwal kegiatan rektor. Ia juga mengamini bahwa ialah yang meminta rapat pemilihan dekan FISIP yang baru ditunda sampai dua kali karena ada beberapa pertemuan di luar daerah yang harus ia hadiri. Iya memang benar, pertama kemaren itu saya harus ke Kutai Kartanegara karena ada kerjasama dengan bupati Kutai, jadi saya bilang mohon diundur dulu, jawab Sutarto dengan santai.

Andil 35 Persen Hak Suara Pak Rektor

              Penundaan ini menunjukkan bahwa rektor memiliki andil yang sangat besar dalam pemilihan dekan di FISIP. Mengingat, pemilihan dekan sendiri tidak dapat dilangsungkan tanpa kehadiran rektor. Mariyono menuturkan bahwa andil suara rektor mencapai 35 persen atau 7 dari 20 jumlah suara pada pemilihan dekan nantinya. Ia menambahkan bahwa karena jumlah hak suara rektor tersebut lah kehadiran rektor menjadi prioritas utama pada rapat senat Rabu mendatang. Karena hak suara yang dimiliki Pak Rektor itu 35 persen dari total suara senat kampus nantinya ujarnya.

Tidak bisa dipungkiri memang rektor memiliki andil yang sangat besar dalam pemilihan dekan. Salah satu andil rektor ini dapat sangat berpengaruh dalam menentukan kemenangan salah satu calon. Ini karena rektor memiliki 35% suara atau 7 dari 20 suara. 13 suara sisanya dipegang oleh 13 anggota senat yang diusung dari masing-masing program studi. Disinggung mengenai besarnya suara yang dimiliki rektor, Sutarto Hadi menerangkan bahwa hal tersebut sudah termaktub dalam statuta universitas. ini sesuai dengan SK Senat dan SK Rektor, jawabnya.

              Ungkapan yang kontras dan satir pun dilontarkannya oleh Saladin selaku Dekan FISIP dalam menanggapi hak suara yang diperoleh rektor dalam pemilihan dekan fakultas. Ia mengungkapkan alasan dibalik banyaknya suara yang dipegang oleh rektor adalah faktor hak prerogratif (istimewa) dan wewenang yang dimiliki oleh rektor dalam meregulasi dan memutuskan SK dekan dan rektor dalam bentuk statuta universitas. Ya itu karena rektor mau, kata Saladin sambil tertawa.

Lobi-Lobi Politik dan Proses Pemilihan Dekan

              Mengingat besarnya suara yang dimiliki oleh rektor, lobi-lobi politik pun sering diterima. Menurut rektor, ketiga calon dekan memang sudah pernah datang menghadap dirinya. Sutarto menambahkan bahwa ketiga calon pun sudah mempresentasikan program-program kerjanya jika nanti terpilih. Ia menerangkan bahwa ia akan memilih calon yang memang representatif dan sesuai dengan visi dan misi fakultas yang selaras dengan visi misi universitas. Saya juga akan mempertimbangkan dengan seksama calon yang akan saya pilih, mana program mereka yang sesuai dan applicable untuk fakultas dan universitas beberapa tahun mendatang, ujar Sutarto.

Selain rektor, anggota senat lainnya pun mengaku menerima lobi politik dari ketiga calon dekan, Namun, mereka tidak mau mengungkapkan bentuk lobi politik yang mereka terima.  Pada tahap penyaringan, Saladin mengungkapkan jumlah voting rapat senat yang menghasilkan : Budy Setiady mendapatkan 7 suara, Asmui 4 suara dan Mukhtar Sarman 1 suara, 1 suara sisanya bersifat abstain. Namun suara yang didapat calon dekan dalam penyaringan tidak memiliki arti apapun. Ketiga calon dekan tetap memiliki kesempatan untuk maju ditahap ketiga atau tahap pemilihan.



Keterlibatan Mahasiswa Dalam Pemilihan Dekan

              Nur Iman selaku KPS Administrasi Publik sekaligus anggota senat fakultas mengatakan akan menerima masukan dari berbagai pihak terkait penyelenggaraan pemilihan dekan FISIP mendatang, salah satunya keterbukaan informasi dan audiensi calon dekan kepada para mahasiswa. Nanti ke depannya akan kita usahakan terbukanya informasi mengenai calon dekan kepada para mahasiswa, sekiranya kada tekajut jar urang Banjar tuh. Tapi, tetap saja mahasiswa tidak memiliki andil dalam proses pemilihan dekan nanti, tuturnya.

Kenyataan ini disayangkan oleh Riyadh, ketua DPM FISIP UNLAM. Ia berpendapat bahwa setidaknya ada keterlibatan mahasiswa dalam pemilihan dekan fakultas walaupun tidak memiliki hak suara, karena seyogyanya mahasiswa juga termasuk dalam civitas akademika fakultas. Mahasiswa berharap dapat dilibatkan dalam pemilihan dekan walaupun tidak berbentuk langsung hak suara, tetapi melalui audiensi atau komunikasi dengan calon yang diusung, usul Riyadh.

 Harapan Riyadh ini senada dengan survey yang dilakukan Tim INTR-O kepada beberapa mahasiswa. Pada survey yang juga dilakukan kepada responden yang sama,  kami mendapati 9 dari 10 mahasiswa atau 88,6% menyatakan bahwa mahasiswa harus punya andil dalam pemilihan dekan fakultas mereka. Tetapi, nada satir dilantunkan oleh Sutarto menjawab opini mahasiswa tersebut. Menurutnya, mahasiswa tidak perlu repot-repot mengurusi dan ikut berpartisipasi dalam pemilihan dekan fakultas mereka. mahasiswa itu tugasnya belajar saja, gak perlu repot-repot mengurusi dekan, tutupnya. (Tim Redaksi)